Palu, Sulawesi Tengah. Kepala Badan Riset Dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah Faridah Lamarauna terima audiensi Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Provinsi Sulawesi Tengah terkait riset penanganan kemiskinan. Bertempat di Ruang Rapat Sekretaris BRIDA. Senin (23/10/2023).
Mengawali audiensi tersebut, Sahran Raden selaku ketua PW ISNU Sulteng menjelaskan bahwa pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama merupakan gabungan dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Sulawesi Tengah. Adanya audiensi ini, ISNU ingin memberikan gagasan-gagasan atau ide guna berkontribusi pada kegiatan riset yang berkaitan dengan masalah-masalah kemiskinan, dengan harapan nantinya ISNU dapat berkolaborasi bersama BRIDA Provinsi sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.
Berbicara tentang kemiskinan, pada saat ini Sulawesi Tengah belum mengalami penurunan pada rata-rata tingkat kemiskinan. Hal ini tidak berbanding lurus dengan tingginya investasi yang masuk di Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Menurut Sahran Raden, dalam menangani hal tersebut terdapat beberapa faktor yang nantinya dapat dikaji diantaranya seperti upah minimum provinsi (UMP/UMR) yang mana rendahnya UMR pada pekerjaan disektor swasta berdampak pula pada rendahnya pendapatan pada masyarakat yang menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi meningkat.
Faktor selanjutnya yang disebutkan oleh Sahran Raden yaitu indeks pembangunan sumber daya manusia (SDM), faktor pada aspek pengangguran terbuka dan juga faktor pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi khususnya di Sulawesi Tengah pada saat ini juga tidak dilakukan secara merata, sehingga menyebabkan sehingga berdampak juga pada kurangnya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dari observasi yang telah dilakukan disalah satu desa yang dikatakan desa miskin, pada kenyataannya saat ini desa tersebut telah banyak masyarakat dengan gelar sarjana. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa peningkatan sumber daya manusia tidak disertai dengan penurunan angka kemiskinan yang seharusnya terdapat korelasi pada hal tersebut. Dari hipotesis inilah, adanya program beasiswa yang diperuntukan khusus masyarakat kurang mampu dengan tujuan meningkatkan kapasitas SDM tidak memiliki korelasi dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada, yang mana seharusnya dengan adanya program tersebut sumber daya manusia meningkat berdampak pada penurunan angka pengangguran terbuka.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, Ketua PW ISNU beserta rombongan menyarankan agar nantinya dalam melakukan kajian atau riset kemiskinan tersebut dapat menggunakan sebuah perangkat dengan nama early warning system (EWS), guna mendeteksi dini kemiskinan yang terjadi.
Dari penjelasan tersebut, Faridah Lamarauna selaku Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah menanggapi bahwa berbicara terkait kemiskinan, hal ini merupakan keresahan bersama yang saat ini tengah dirasakan. Dimana banyaknya investasi yang masuk tidak berbanding lurus dengan jumlah pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat pula. Adanya audiensi ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah mendapatkan hipotesa baru, yang mana dengan banyaknya lulusan sarjana khususnya di daerah pedesaan secara otomatis menambah jumlah pengangguran terbuka.
“Banyaknya lulusan sarjana yang tidak bisa langsung bekerja seperti yang diharapkan, dan disinilah perlunya kolaborasi antara Pemda dan Perguruan Tinggi sehingga bagaimana kemudian Pemerintah Pusat semakin menggalakan sekolah kejuruan” tambah Faridah.
Perlunya kolaborasi riset yang mendetail antara Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi yang hasilnya dapat dijadikan rujukan oleh pemerintah dalam mengambil keputusan. Kolaborasi ini juga dapat dimanfaatkan guna mendukung Gubernur dalam mencapai visi misi daerah sebagaimana tertera oada RPJMD 2021-2026 bahwa angka kemiskinan berada diangka satu digit yaitu 9 persen.
Sumber: PPID BRIDA Prov. Sulteng