Palu, Sulawesi Tengah. Dalam rangka menindaklanjuti Kunjungan Kerja (Kunker) Gubernur Sulawesi Tengah ke Universitas Tadulako, Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah gelar FGD bersama Universitas Tadulako (UNTAD) terkait kerjasama dalam melakukan riset dan inovasi. Bertempat di Aula Nagaya BRIDA. Jumat (1/12/2023).
Sebagaimana diketahui bahwa pada kunker tersebut Gubernur Sulawesi Tengah menyampaikan beberapa hal terkait membangun sinergitas antara pemerintah provinsi dengan Untad. Pada kunker tersebut juga Gubernur Sulawesi Tengah menyampaikan bahwa perlunya menggandeng Universitas Tadulako dalam pelaksanaan riset-riset ataupun inovasi yang mana hasilnya dapat dimanfaatkan atau diberdayakan oleh instansi atau perangkat daerah terkait.
Mengawali FGD tersebut, Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah Faridah Lamarauna menyampaikan, pada transformasi Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Daerah (BPPID) menjadi Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) terdapat sebuah aturan yang menyebutkan bahwa BRIDA tidak diharuskan untuk memiliki peneliti. Adanya hal ini diharapkan BRIDA dapat berkolaborasi dengan perguruan tinggi yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Saat ini, sudah terdapat beberapa kerjasama yang sedang dilaksanakan dan akan dilanjutkan pada tahun 2024 oleh BRIDA Prov. Sulteng diantaranya seperti riset pemetaan dan penyusunan profil megalit di Kab. Poso yang bekerjasama dengan TACB Sulteng, riset islam kosmopolitan Imam Sya’ban di Kab. Bangkep, riset jejak telapak tangan manusia purba di goa Topogaro Kab. Morowali yang bekerjasama dengan Fisip Untad, riset persilangan sapi donggala dengan sapi unggul lainnya, riset peningkatan hasil tangkap ikan bagi nelayan bagan yang berkolaborasi antara UNISA dan Fatek Untad, riset pakan ternak ruminamsia besar berbasis bahan lokal yang bekerjasama dengan BRIN dan juga riset kelapa genjah varietas raja.
Dari riset-riset yang telah disebutkan tersebut, terdapat lima riset yang akan menjadi prioritas di tahun 2024 yaitu riset potensi wallacea line, riset varietas lokal khusus buah durian Sulawesi Tengah, riset varietas lokal khusus buah anggur Sulawesi Tengah, riset varietas lokal bawang merah Sulawesi Tengah dan hilirisasi nikel.
“Selain lima riset tersebut sebenarnya masih terdapat dua pembahasan lagi yaitu perhitungan dana bagi hasil yang diproporsional bagi fiskal Sulteng untuk dijadikan bahan laporan kepada pemerintah pusat dan pengaruh investasi terhadap kemiskinan di Sulteng” ungkap Faridah.
Merespon hal tersebut Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja sama Untad Dr. Aiyen mengatakan, bahwa peran Universitas Tadulako selalu lebih cenderung pada keahlian Tri Dharma yang dimiliki, seperti pendidikan, penelitian serta pengabdian. Adapun kekurangan yang dimiliki iyalah terletak pada teknis industri. Keberadaan Universitas Tadulako juga lebih banyak di hulu, dengan perantara semua OPD yang ada di pemerintah.
Dr. Aiyen juga menjelaskan terkait sistem kerja sama sendiri, bukanlah pertama kali antara universitas dengan pihak ke-3 seperti pemda dan juga industri diskala tertentu. Nantinya, perpindahan Universitas Tadulako menjadi perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN BH), di tahun 2024 Untad akan memiliki kelengkapan laboratorium genetik yang jauh lebih baik. Sehingga nantinya Untad akan bertransformasi jauh lebih baik dan tidak kalah dengan universitas lainnya.
Potensi yang ada di Sulawesi Tengah sendiri memiliki sifat yang spesifik. Dalam presentasi, Sulawesi selalu dinyatakan sebagai laboratorium terbaik di Indonesia untuk mempelajari sesuatu yang sudah terevolusi dan yang belum terevolusi. Dalam hal ini Dr. Aiyen meminta agar kiranya BRIDA dapat menjembatani untuk mencari titik sejarah keilmuan yang memungkinkan keilmuan tersebut dapat merubah keseluruhan cara pandang pemerintah terhadap pengembangan wilayah.
Adapun topik-topik riset varietas lokal buah durian, Dr. Aiyen menjamin riset tersebut menjadi keahlian Universitas Tadulako. Dr. Aiyen juga menyarankan kiranya tetap harus menjadikan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai penghasil kakao, yang juga beragam hilirisasi harus ditargetkan secara signifikan. Pada kesempatan yang sama, Dr. Aiyen menekankan bahwa semua konteks kerjasama atau yang bersifat penelitian dan pengabdian harus melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), hal ini karena terdapat konsekuensi terhadap keteraturan penganggaran.
Menutup FGD tersebut, Faridah Lamarauna selaku Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah mempersilahkan bagi para peneliti Univeristas Tadulako untuk memasukkan proposal sesuai dengan riset-riset prioritas yang telah disebutkan.
Turut hadir: Ketua Senat Untad, Dewan Pertimbangan Untad, Dekan Fakultas Pertanian, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dekan Fakultas Teknik, Kepala LPPM dan tim, akademisi Untad, Pejabat administrator, pejabat fungsional analis pemanfaatan ristek, dan pejabat fungsional peneliti lingkup BRIDA Prov. Sulteng, peneliti BRIN.
Sumber: PPID BRIDA Prov. Sulteng