Palu – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas, Tadulako (Untad) gelar Seminar Hasil Riset Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Di Kantor Brida. Bertempat di Aula Nagaya Brida. Rabu (19/06/2024).
Seminar tersebut dimoderatori oleh Kepala Bidang Riset, Inovasi dan teknologi Daerah Brida Sulteng, Hasim R, dan hadiri langsung oleh Kepala Brida Prov. Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna, Seketaris Brida Sulteng, Agustin Tobondo, pejabat lingkup Brida dan tim peneliti riset terkait.
Pada pemaparan materi basil penelitian oleh, Yusnaini Arifin, selaku ketua tim riset menjelaskan bahwa pemilihan kantor BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah dalam riset ini dilatar belakangi oleh Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah No. 10 tahun 2019 tentang rencana umum energi daerah tahun 2019-2050, dimana perumusan kebijakan tentang kewajiban pemanfaatan energi surya, PLTS rooftop on-grid untuk bangunan Gedung Perkantoran Pemerintah Pusat dan Pemerintah,
Tujuan dan sasaran dari penelitian ini yaitu perancangan terkait PLTS on-grid, PLTS off-grid dan PLTS hybrid. Perancangan ini akan dibagi menjadi dua skenario yaitu skenario satu perancangan berdasarkan besar, demand load di kantor Brida yang nantinya akan ditentukan sistem PLTS nya. Adapun skenario dua yaitu perancangan berdasarkan besar luasan atap di kantor Brida dan menghitung beban kelistrikan yang dapat ditangani dengan luasan atap yang ada.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan inventarisasi semua peralatan listrik yang ada di kantor Brida beserta daya dan lamanya pengoperasian alat tersebut. Selain itu, telah melakukan. pengukuran pada panel-panel listrik yang ada digedung utama. Selanjutnya melakukan perancangan PLTS skenario satu berdasarkan dari beban kelistrikan yang ada di Brida,
Pada perancangan PLTS on-grid yang telah dilakukan meliputi jumlah modul surya, kapasitas solar charge controller (SCC), dan kapasitas inverter. Pada perancangan PLTS off grid, meliputi jumlah modul surya, jumlah baterai, dan kapasitas inverter. Sedangkan pada perancangan PLTS Hybrid, meliputi jumlah modul surya, jumlah baterai, kapasitas SCC, dan kapasitas inverter.
“PLTS on-grid telah kita lakukan secara teori dan secara aplikasi, sedangkan dua lainnya masih dalam proses” ungkap Yusnaini Arifin.
Selanjutnya yaitu melakukan perancangan PLTS skenario dua dimana luasan atap yang ada dikantor Brida akan diinput kedalam aplikasi bernama PVSyst. Nantinya PVSyst tersebut akan menghitung berapa energy yang dihasilkan oleh sistem rooftop tersebut, dan selanjutnya yaitu analisa biaya,
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, semua beban kelistrikan yang ada di Brida sebesar 80,116 kW dengan beban maksimal sebesar 53,41 kW. Pada skenario pertama yaitu PLTS on-grid, dari perhitungan daya setiap peralatan dikali dengan waktu operasinya dibutuhkan seluruh beban listrik BRIDA adalah 389,145 kWh/day.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dari data-data beban kelistrikan yang diperoleh maka dibutuhkan 211 buah panel dengan spesifikasi per panelnya 330 Wp. Adapun besaran inverter dari data yang diperoleh yaitu dibutuhkan 80,116 kW. Berdasarkan spesifikasi inverter dan modul PLTS, maka diperoleh sebanyak 20 modul PLTS dihubung seri, dan terdiri dari 10 string.
“Dari hasil perhitungan manual tersebut, kami divalidasi kembali menggunakan aplikasi PVSyst yang mana dari beban tersebut menghasilkan 210 buah pada modul PLTS dan kapasitas inverter yang direkomendasikan PVSyst sebesar 80 Kw. Hasil ini tidak beda jauh dengan hasil hitungan kita” jelasnya.
Pada skenario dua, dari bentuk dan kemiringan atap maka diperoleh luasan potensial atap adalah 467 m² Luasan atap ini dimasukkan ke PVSyst, sehingga diperoleh energi yang dihasilkan oleh PVSyst yaitu sebesar 118619 kWh/tahun, atau sekitar 324,98 kWh/day. Ini telah memenuhi 97,2 persen dari kebutuhan harian beban di kantor Brida sebesar 334,306 kWh/day. I
“Kami meminta maaf untuk keterbatasan penelitian yang kami lakukan ini karena belum mendeskripsikan kelayakan biaya” tutupnya.
Dari penjelasan dalam seminar hasil tersebut, Faridah Lamarauna, selaku Kepala Brida Provinsi Sulawesi Tengah mengungkapkan tanggapannya bahwa sama halnya dengan riset labrida, riset PLTS juga diharapkan dapat mengetahui nilai ekonomi dari hasil riset yang telah dilakukan.
Selain itu juga, diharapkan hasil riset ini sudah dapat menentukan perancangan sistem PLTS tanpa harus memberikan pilihan dalam sistem perancangannya. Tidak hanya itu, tim periset juga dapat mengetahui lama penggunaan serta besar biaya yang digunakan.
Sumber: PPID BRIDA Prov. Sulteng