Palu, Sulawesi Tengah. Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah adakan Workshop pada Riset Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Energi Terbarukan Pada Usaha Perikanan Bagan Yang Ramah Lingkungan Melalui LA BRIDA. Bertempat di Aula Nagaya BRIDA. Rabu (28/02/2024).
Riset ini merupakan kolaborasi antara BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah dengan Universitas Al-Khairat Palu dan juga Universitas Tadulako. Workshop tersebut isi oleh, Yuli Asmi Rahman, selaku narasumber dan juga peneliti riset LA BRIDA dan dihadiri langsung oleh Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna, perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulteng, perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Donggala, perwakilan BAPPEDA Prov. Sulteng dan juga pejabat lingkup BRIDA Provinsi.
Mengawali materinya, Yuli Asmi Rahman, selaku narasumber menjelaskan bahwa penelitian ini merupakan sebuah pengembangan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan sebelumnya di Kabupaten Parigi Moutong dan dikembangkan di Kab. Donggala. Pembedanya dari riset sebelumnya yaitu pada penggunaan sonar pada alat pemanggil ikan yang diberinama LA BRIDA, dan bertempat di Desa Salubomba Kecamatan Banawa Tengah Kab. Donggala.
Yuli Asmi Rahman juga menjelaskan bahwa riset ini merupakan kelanjutan dari tahapan survei yang telah dilakukan pada tahun 2023. Tujuan dari riset ini sendiri yaitu guna meningkatkan hasil tangkap nelayan bagan dengan memanfaatkan teknologi cahaya dan juga suara atau sonar. Dari hasil survei tahap satu, alat tangkap bagan apung dioperasikan pada kedalaman 30-40 meter. Adapun metode pengoperasian alat tangkap bagan apung memiliki beberapa tahapan meliputi tahapan persiapan, tahapan pengamatan dan waktu kedatangan ikan, tahap penurunan jaring, tahapan penarikan jaring dan tahap pengambilan hasil tangkapan.
Dalam teknologi LA BRIDA yang diterapkan, juga menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), sehingga tidak lagi mengandalkan pengisian baterai melalui mesin genset. Pada sistem sonar menggunakan buzer 12 volt 5 watt dengan frekuensi 500 Hz yang diuji dalam waktu kurang lebih 40 menit disesuaikan dengan tingkah laku serta respon dari ikan itu sendiri. Sebagai riset awal menggunakan teknologi ini, mampu memangkas sekitar kurang lebih 20 menit dibandingkan dengan sistem tanpa menggunakan alat LA BRIDA.
Nantinya akan ada beberapa rencana tahapan berikutnya yang akan dilakukan dalam riset tersebut seperti pengukuran respon atau tingkah laku ikan terhadap lumen atau cahaya yang dihasilkan oleh LA BRID, pengukuran pada efek sonar atau suara dan juga dampak ekonomi.
Dalam kesempatan yang sama juga, Faridah Lamarauna, menambahkan bahwa penggunaan PLTS dalam riset alat pemanggil ikan ini diharapkan dapat menekan biaya operasional bahan bakar yang digunakan oleh nelayan, sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil pendapatkan yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan juga mengurangi angka pengangguran terbuka di Sulawesi Tengah khususnya Kab. Donggala.
Sumber: PPID BRIDA Prov. Sulteng.