Palu – Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Sulawesi Tengah bentuk tim kajian riset Skema Kolaborasi Pengembangan dan Pengeloaan Geowisata Kota Taman Bumi “Palu Geopark City” di Klaster Pasigala. Jumat (7/07/2024).

Kajian tersebut merupakan sebuah kolaborasi antara Brida Provinsi Sulawesi Tengah bersama Universitas Tadulako (Untad) dalam rangka menindak lanjuti draf Peraturan Presiden (Perpres) tentang percepatan pembangunan ekonomi Pulau Sulawesi dan wilayah sekitarnya sebagai daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).

Tidak hanya itu, realisasi pengembangan geoprak city juga guna mewujudkan nilai tambah pariwisata berkelanjutan dengan fungsi utama perdagangan, jasa dan industri, pendidikan dan riset kebencanaan, serta unggulan pariwisata berbasis geowisata.

Pada focus group discussion (FGD) yang digelar di Aula Nagaya Kantor Brida, Faridah Lamarauna, selaku Kepala Brida Sulawesi Tengah mengungkapkan bahwa didalam melakukan skema pengembangan dan pengelolaan Palu Geopark city, tentunya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Menyikapi hal tersebut, maka perlunya melakukan kajian guna memperoleh sebuah dokumen dalam pengembangannya.

“Tentunya kami butuh dukungan dari kabupaten/kota penyangga Prov. Sulteng karena pengembangan ini sudah dibahas sejak lama” ungkap Faridah.

Faridah Lamarauna menyebutkan dengan pembentukan kajian, keberadaan Brida sebagai badan riset bukan menjadi sebuah permasalahan apabila Brida yang menangani langsung kegiatan tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan adanya Surat Gubernur yang memuat bahwa semua kajian atau riset yang akan dilakukan, berada pada satu pintu yaitu di Brida.

“Saya menempatkan Brida, sebagai lining sektor dalam rangka pengembangan atau pembangunan geopark city sekaligus kebun raya ini” lanjutnya.

Faridah Lamarauna juga menegaskan bahwa dalam proses melakukan skema kolaborasi ini, Faridah akan menyampaikan sekaligus meminta kepada Gubernur Sulteng untuk memberikan nama kebun raya yang akan dibangun.

Pada pemaparan materi yang disampaikan oleh, Wildani Pingkan Suripurna Hamzens, selaku ketua tim peneliti Untad menyampaikan, bahwa kajian skema kolaborasi ini seharusnya sudah dilakukan sejak awal, ketika Palu Geopark City ini dilaunching sebagai bagian dari visi pembangunan kepariwisataan Kota Palu.

Terdapat lima poin keterlibatan Sulawesi Tengah didalam menyukseskan Indonesia Emas diantaranya sebagai wilayah penyangga IKN, yang mana Palu Geopark City dan Hutan Kota sebagai ikoniknya. Lima poin yang dimaksud yaitu berupa sejarah dan konsep, penerapan dan kontribusi dalam pembangunan Sulawesi Tengah, kajian skema kolaborasi, ending dan dampak yang diharapkan.

Sejarah dan konsep perjalanan panjang menuju city brading “Palu Geopark City” sendiri diawali dari kejadian gempa bumi yang terjadi pada jumat 28 september 2018 silam yang dipicu oleh aktivitas tektonik sesar Palu-Koro. Bencana alam ini menciptakan perubahan kondisi, sehingga berdampak pada perubahan cara memahami dan memaknai sebuah kehidupan.

Berkaca dari kejadian tersebut sangat dibutuhkan perencanaan kota yang spesifik yang dapat memenuhi kriteria yang diharapkan, antara lain yaitu aman, nyaman serta pemahaman terkait mitigasi kebencanaan sehingga munculah geopark city.

Geopark city sendiri merupakan kota yang direncanakan ditata dan dikelola berbasis keseimbangan ekologi, dengan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dengan mengupayakan pengurangan risiko bencana.

Pingkan menyebutkan, perencanaan dan tata kelola geopark city dilakukan dengan cara konservasi, edukasi, dan penyelenggaraan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan disertai pemberian layanan infrastruktur.

Dalam penerapannya, geopark city mengadopsi konsep geoprak yang dielaborasi dengan beberapa konsep perencanaan dan penataan kota yaitu green city, resilient city, livable city dan smart city. Palu geopark city juga merupakan penerapan arah kebijakan pengembangan wilayah yang tercantum pada RPJPD Provinsi Sulawesi Tengah.

Terdapat tiga pilar dalam RPJPD tersebut yaitu Sulteng sebagai pusat ekonomi global, Sulteng sebagai penunjang ekonomi IKN dan industri berbasis sumber daya alam (SDA), dan Sulteng sebagai wilayah Indonesia yang hijau, ekologis, dan produktif melalui pengembangan dan pembangunan “Palu Geopark City”.

“Kita harapkan seluruh kawasan strategis pariwisata (KSP) di Sulteng itu menjadi satu paket wisata. Kita membutuhkan kajian bagaimana menyiapkan paket wisata yang terintegrasi dengan paket wisata IKN” ungkap Pingkan.

Kajian skema pengembangan dan pengelolaan kota taman bumi “Palu Geopark City” di Klaster Pasigala ini, sangat membutuhkan kolaborasi dengan lima komponen penting seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media.

Output dari skema kolaborasi adalah program dan model keterlibatan yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur. Skema kolaborasi ini menuntun setiap stakeholder berperan aktif dalam pengembangan dan pengelolaan geowisata sesuai tugas dan fungsi serta kapasitas yang dimiliki. Selain itu juga, skema kolaborasi ini merupakan wujud optimalisasi peran Sulteng sebagai wilayah penunjang ekonomi dan penyangga IKN.

Setelah berlangsungnya pemaparan materi tersebut, agenda selanjutnya yaitu diskusi bersama perangkat daerah terkait guna mendapatkan data-data serta saran dan masukan, demi memaksimalkan kajian riset yang diadakan.

Turut hadir: Perwakilan Brida Kota Palu, Dinas Kehutanan Prov. Sulteng, perwakilan Dinas Pariwisata Kab. Donggala, Perwakilan Bappelitbangda Kab. Donggala, Dinas Perkimtan Kab. Donggala, BPBD Kab. Donggala, serta OPD terkait lingkup Kab/Kota Palu Donggala dan Sigi, Tim Peneliti, Pejabat Administrator dan Fungsional Lingkup Brida Prov. Sulteng.

Sumber: PPID Brida Prov. Sulteng.

Realisasikan Geopark City di Klaster Pasigala, Brida Sulteng Bentuk Tim Kajian Riset

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *